KHALIL GIBRAN
Selasa, 31 Mei 2011
BANGSA KASIHAN
Kasihan bangsa yang memakai pakaian yang tidak ditenunnya,
memakan roti dari gandum yang tidak dituainya
dan meminum anggur yang tidak diperasnya
Kasihan bangsa yang menjadikan orang bodoh menjadi pahlawan,
dan menganggap penindasan penjajah sebagai hadiah.
Kasihan bangsa yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya ketika tidur,
sementara menyerah padanya ketika bangun.
Kasihan bangsa yang tidak pernah angkat suara
kecuali jika sedang berjalan di atas kuburan,
tidak sesumbar kecuali di runtuhan,
dan tidak memberontak kecuali ketika lehernya
sudah berada di antara pedang dan landasan.
Kasihan bangsa yang negarawannya serigala,
falsafahnya karung nasi,
dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.
Kasihan bangsa yang menyambut penguasa barunya
dengan trompet kehormatan namun melepasnya dengan cacian,
hanya untuk menyambut penguasa baru lain dengan trompet lagi.
Kasihan bangsa yang orang sucinya dungu
menghitung tahun-tahun berlalu
dan orang kuatnya masih dalam gendongan.
Kasihan bangsa yang berpecah-belah,
dan masing-masing mengangap dirinya sebagai satu bangsa.
Khalil Gibra
RAHSIA JODOH
Berpasangan engkau telah diciptakan
Dan selamanya engkau akan berpasangan
Bergandingan tanganlah dikau
Hingga sayap-sayap panjang nan lebar lebur dalam nyala
Dalam ikatan agung menyatu kalian
Saling menataplah dalam keharmonian
Dan bukanlah hanya saling menatap ke depan
Tapi bagaimana melangkah ke tujuan semula
Berpasangan engkau dalam mengurai kebersamaan
Kerana tidak ada yang benar-benar mampu hidup bersendirian
Bahkan keindahan syurga tak mampu menghapus kesepian Adam
Berpasangan engkau dalam menghimpun rahmat Tuhan Ya, bahkan bersama
pula dalam menikmatinya
Kerana alam dan kurniaan Tuhan
Terlampau luas untuk dinikmati sendirian
Bersamalah engkau dalam setiap keadaan
Kerana kebahagiaan tersedia, bagi mereka yang menangis
Bagi mereka yang disakiti hatinya, bagi mereka yang mencari,
bagi mereka yang mencuba
Dan bagi mereka yang mampu memahami erti hidup bersama
Kerana mereka itulah yang menghargai pentingnya
orang-orang yang pernah hadir dalam kehidupan mereka
Bersamalah dikau sampai sayap-sayap sang maut meliputimu
Ya, bahkan bersama pula kalian dalam musim sunyi
Namun biarkan ada ruang antara kebersamaan itu
Tempat angin syurga menari-nari diantara bahtera sakinahmu
Berkasih-kasihlah, namun jangan membelenggu cinta
Biarkan cinta mengalir dalam setiap titisan darah
Bagai mata air kehidupan
Yang gemerciknya senantiasa menghidupi pantai kedua jiwa
Saling isilah minumanmu tapi jangan minum dari satu piala
Saling kongsilah rotimu tapi jangan makan dari pinggan yang sama..
Menyanyilah dan menarilah bersama dalam suka dan duka
Hanya biarkan masing-masing menghayati waktu sendirinya
Kerana dawai-dawai biola, masing-masing punya kehidupan sendiri
Walau lagu yang sama sedang menggetarkannya
Sebab itulah simfoni kehidupan
Berikan hatimu namun jangan saling menguasainya
Jika tidak, kalian hanya mencintai pantulan diri sendiri
Yang kalian temukan dalam dia
Dan lagi, hanya tangan kehidupan yang akan mampu merangkulnya
Tegaklah berjajar namun jangan terlampau dekat
Bukankah tiang-tiang candi tidak dibina terlalu rapat?
Dan pohon jati serta pohon cemara
Tidak tumbuh dalam bayangan masing-masing?
Khalil Gibran
IBU
Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir - bibir manusia.
Dan "Ibuku" merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari
kedalaman jiwa.
Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam
rengsa, rujukan kita di kala nista.
Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun
yang kehilangan ibinya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa
merestui dan memberkatinya.
Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi
yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya
dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.
Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan
membesarkannya. Pepohonan
dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian.
Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud.
Penuh cinta dan kedamaian.
Khalil Gibran
Minggu, 29 Mei 2011
ALAM & MANUSIA
Aku mendengar anak sungai merintih bagai seorang janda yang menangis
meratapi kematian anaknya dan aku kemudian bertanya, "Mengapa engkau
menangis, sungaiku yang jernih?' Dan sungai itu menjawab, 'Sebab aku
dipaksa mengalir ke kota tempat Manusia merendahkan dan mensia-siakan
diriku dan menjadikanku minuman-minuman keras dan mereka
memperalatkanku bagai pembersih sampah, meracuni kemurnianku dan
mengubah sifat-sifatku yang baik menjadi sifat-sifat buruk."
Dan aku mendengar burung-burung menangis, dan aku bertanya, "Mengapa
engkau menangis, burung-burungku yang cantik?"
Dan salah satu dari burung itu terbang mendekatiku, dan hinggap di hujung
sebuah cabang pohon dan berkata, "Anak-anak Adam akan segera datang di
ladang ini dengan membawa senjata-senjata pembunuh dan menyerang kami
seolah-olah kami adalah musuhnya. Kami sekarang terpisah di antara satu
sama yang lain, sebab kami tidak tahu siapa di antara kami yang bisa selamat
dari kejahatan Manusia. Ajal memburu kami ke mana pun kami pergi."
Kini, matahari terbit dari balik puncak pergunungan, dan menyinari puncak- puncak pepohonan dengan rona mahkota. Kupandangi keindahan ini dan aku bertanya kepada diriku sendiri, 'Mengapa Manusia mesti menghancurkan segala karya yang telah diciptakan oleh alam?'
Khalil Gibran
Rabu, 25 Mei 2011
DUA KEINGINAN
Di keheningan malam, Sang Maut turun atas hadrat Tuhan menuju ke bumi. Ia
terbang melayang-layang di atas sebuah kota dan mengamati seluruh penghuni
dengan tatapan matanya. Ia menyaksikan jiwa-jiwa yang melayang-layang
dengan sayap-sayap mereka, dan orang-orang yang terlena di dalam kekuasaan
Sang Lelap.
Ketika rembulan tersungkur di kaki langit, dan kota itu berubah warna
menjadi hitam kepekatan, Sang Maut berjalan dengan langkah tenang d
celah-celah kediaman - berhati-hati tidak menyentuh apa-apa pun - sehingga
tiba di sebuah istana. Ia masuk melalui pagar besi berpaku tanpa sebarang
halangan dan berdiri di sisi sebuah ranjang , dan tika ia menyentuh dahi si
lena, lelaki itu membuka kelopak matanya dan memandang dengan penuh
ketakutan.
Melihat bayangan Sang Maut di hadapannya, dia menjerit dengan suara
ketakutan bercampur aduk kemarahan, "Pergilah kau dariku, mimpi yang
mengerikan! Pergilah engkau makhluk jahat! Siapakah engkau ini? Dan
bagaimana mungkin kau memasuki istana ini? Apa yang kau inginkan?
Tinggalkan rumah ini dengan segera! Ingatlah, akulah tuan rumah ini. Nyahlah
kau, kalau tidak, kupanggil para hamba suruhanku dan para pengawalku untuk
mencincangmu menjadi kepingan!"
Kemudian Maut berkata dengan suara lembut, tapi sangat menakutkan,
"Akulah kematian, berdiri dan tunduklah padaku."
Dan si lelaki itu menjawab, "Apa yang kau inginkan dariku sekarang, dan
benda apa yang kau cari? Kenapa kau datang ketika urusanku belum selesai?
Apa yang kau inginkan dari orang kaya berkuasa seperti aku? Pergilah sana,
carilah orang-orang yang lemah, dan ambillah dia! Aku ngeri melihat taring-
taringmu yang berdarah dan wajahmu yang bengis, dan mataku sakit menatap
sayap-sayapmu yang menjijikkan dan tubuhmu yang meloyakan."
Namun selepas tersedar, dia menambah dengan ketakutan, "Tidak, tidak,
Maut yang pengampun, jangan pedulikan apa yang telah kukatakan, kerana
rasa takut membuat diriku mengucapkan kata-kata yang sesungguhnya
terlarang. Maka ambillah longgokan emasku semahumu atau nyawa salah
seorang dari hamba-hambaku, dan tinggalkanlah diriku... Aku masih
mempunyai urusan kehidupan yang belum selesai dan berhutang emas dengan
orang. Di atas laut aku memiliki kapal yang belum kembali ke pelabuhan,
permintaanku..jangan ambil nyawaku... Ambillah olehmu barang yang kau
inginkan dan tinggalkanlah daku. Aku punya perempuan simpanan yang
luarbiasa cantiknya untuk kau pilih, Kematian. Dengarlah lagi : Aku punya
seorang putera tunggal yang kusayangi, dialah sumber kegembiraan hidupku.
Kutawarkan dia juga sebagai galang ganti, tapi nyawaku jangan kau cabut dan
tinggalkan diriku sendirian."
Sang Maut itu mengeruh,"Engkau tidak kaya tapi orang miskin yang tak sedar diri." Kemudian Maut mengambil tangan orang hina itu, mencabut nyawanya, dan memberikannya kepada para malaikat di langit untuk menghukumnya.
Dan Maut berjalan perlahan di antara setinggan orang-orang miskin hingga ia
mencapai rumah paling daif yang ia temukan. Ia masuk dan mendekati ranjang
di mana tidur seorang pemuda dengan kelelapan yang damai. Maut menyentuh
matanya, anak muda itu pun terjaga. Dan ketika melihat Sang Maut berdiri di
sampingnya, ia berkata dengan suara penuh cinta dan harapan, "Aku di sini,
wahai Sang Maut yang cantik. Sambutlah rohku, kerana kaulah harapan
impianku. Peluklah diriku, kekasih jiwaku, kerana kau sangat penyayang dan
tak kan meninggalkan diriku di sini. Kaulah utusan Ilahi, kaulah tangan kanan
kebenaran. Bawalah daku pada Ilahi. Jangan tinggalkan daku di sini."
"Aku telah memanggil dan merayumu berulang kali, namun kau tak jua datang. Tapi kini kau telah mendengar suaraku, kerana itu jangan kecewakan cintaku dengan menjauhi diri. Peluklah rohku, Sang Maut yang dikasihi."
Kemudian Sang Maut meletakkan jari-jari lembutnya ke atas bibir yang
bergetar itu, mencabut nyawanya, dan menaruh roh itu di bawah perlindungan
sayap-sayapnya.
Ketika ia naik kembali ke langit, Maut menoleh ke belakang -- ke dunia - dan
dalam bisikan amaran ia berkata, "Hanya mereka di dunia yang mencari
Keabadianlah yang sampai ke Keabadian itu."
(Dari 'Dam'ah Wa Ibtisamah' -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)
Kahlil Gibran
Senin, 23 Mei 2011
PERSAHABATAN
Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan.
Dan dia menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh
rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu
kedamaian.
Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan
kata "Tidak" di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata "Ya".
Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa
ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan
dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas
dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih
agung daripada tanah ngarai dataran.
Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh
kejiwaan.
Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah
cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada
diharapkan.
Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim
pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar
bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan
berkongsi kegembiraan..
Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan
ghairah segar kehidupan.
Khalil Gibran
KASIH SAYANG DAN PERSAMAAN
Sahabatku yang papa, jika engkau mengetahui, bahawa Kemiskinan yang
membuatmu sengsara itu mampu menjelaskan pengetahuan tentang Keadilan
dan pengertian tentang Kehidupan, maka engkau pasti berpuas hati dengan
nasibmu.
Kusebut pengetahuan tentang Keadilan : Kerana orang kaya terlalu sibuk
mengumpul harta utk mencari pengetahuan. Dan kusebut pengertian tentang
Kehidupan : Kerana orang yang kuat terlalu berhasrat mengejar kekuatan dan
keagungan bagi menempuh jalan kebenaran.
Bergembiralah, sahabatku yang papa, kerana engkau merupakan penyambung
lidah Keadilan dan Kitab tentang Kehidupan. Tenanglah, kerana engkau
merupakan sumber kebajikan bagi mereka yang memerintah terhadapmu, dan
tiang kejujuran bagi mereka yang membimbingmu.
Jika engkau menyedari, sahabatku yang papa, bahawa malang yang menimpamu
dalam hidup merupakan kekuatan yang menerangi hatimu, dan membangkitkan
jiwamu dari ceruk ejekan ke singgahsana kehormatan, maka engkau akan
merasa berpuas hati kerana pengalamanmu, dan engkau akan memandangnya
sebagai pembimbing, serta membuatmu bijaksana.
Kehidupan ialah suatu rantai yang tersusun oleh banyak mata rantai yang
berlainan. Duka merupakan salah satu mata rantai emas antara penyerahan
terhadap masa kini dan harapan masa depan. Antara tidur dan jaga, di luar
fajar merekah.
Sahabatku yang papa, Kemiskinan menyalakan api
keagungan jiwa, sedangkan kemewahan memperlihatkan keburukannya. Duka
melembutkan perasaan, dan Suka mengubati hati yang luka. Bila Duka dan
kemelaratan dihilangkan, jiwa manusia akan menjadi batu tulis yang kosong,
hanya memperlihatkan kemewahan dan kerakusan.
Ingatlah, bahawa keimanan itu adalah peribadi sejati Manusia. Tidak dapat ditukar dengan emas; tidak dapat dikumpul seperti harta kekayaan. Mereka yang mewah sering meminggirkan keimananan, dan mendakap erat emasnya
Orang muda sekarang jangan sampai meninggalkan Keimananmu, dan hanya
mengejar kepuasan diri dan kesenangan semata. Orang-orang papa yang
kusayangi, saat bersama isteri dan anak sekembalinya dari ladang merupakan
waktu yang paling mesra bagi keluarga, sebagai lambang kebahagiaan bagi
takdir angkatan yang akan datang. Tapi hidup orang yang senang bermewah-
mewahan dan mengumpul emas, pada hakikatnya seperti hidup cacing di dalam
kuburan. Itu menandakan ketakutan.
Air mata yang kutangiskan, wahai sahabatku yang papa, lebih murni daripada
tawa ria orang yang ingin melupakannya, dan lebih manis daripada ejekan
seorang pencemuh. Air mata ini membersihkan hati dan kuman benci, dan
mengajar manusia ikut merasakan pedihnya hati yang patah.
Benih yang kautaburkan bagi si kaya, dan akan kau tuai nanti, akan kembali
pada sumbernya, sesuai dengan Hukum Alam. Dan dukacita yang kausandang,
akan dikembalikan menjadi sukacita oleh kehendak Syurga. Dan angkatan
mendatang akan mempelajari Dukacita dan Kemelaratan sebagai pelajaran
tentang Kasih Sayang dan Persamaan.
(Dari 'Suara Sang Guru')
Khalil Gibran
membuatmu sengsara itu mampu menjelaskan pengetahuan tentang Keadilan
dan pengertian tentang Kehidupan, maka engkau pasti berpuas hati dengan
nasibmu.
Kusebut pengetahuan tentang Keadilan : Kerana orang kaya terlalu sibuk
mengumpul harta utk mencari pengetahuan. Dan kusebut pengertian tentang
Kehidupan : Kerana orang yang kuat terlalu berhasrat mengejar kekuatan dan
keagungan bagi menempuh jalan kebenaran.
Bergembiralah, sahabatku yang papa, kerana engkau merupakan penyambung
lidah Keadilan dan Kitab tentang Kehidupan. Tenanglah, kerana engkau
merupakan sumber kebajikan bagi mereka yang memerintah terhadapmu, dan
tiang kejujuran bagi mereka yang membimbingmu.
Jika engkau menyedari, sahabatku yang papa, bahawa malang yang menimpamu
dalam hidup merupakan kekuatan yang menerangi hatimu, dan membangkitkan
jiwamu dari ceruk ejekan ke singgahsana kehormatan, maka engkau akan
merasa berpuas hati kerana pengalamanmu, dan engkau akan memandangnya
sebagai pembimbing, serta membuatmu bijaksana.
Kehidupan ialah suatu rantai yang tersusun oleh banyak mata rantai yang
berlainan. Duka merupakan salah satu mata rantai emas antara penyerahan
terhadap masa kini dan harapan masa depan. Antara tidur dan jaga, di luar
fajar merekah.
Sahabatku yang papa, Kemiskinan menyalakan api
keagungan jiwa, sedangkan kemewahan memperlihatkan keburukannya. Duka
melembutkan perasaan, dan Suka mengubati hati yang luka. Bila Duka dan
kemelaratan dihilangkan, jiwa manusia akan menjadi batu tulis yang kosong,
hanya memperlihatkan kemewahan dan kerakusan.
Ingatlah, bahawa keimanan itu adalah peribadi sejati Manusia. Tidak dapat ditukar dengan emas; tidak dapat dikumpul seperti harta kekayaan. Mereka yang mewah sering meminggirkan keimananan, dan mendakap erat emasnya
Orang muda sekarang jangan sampai meninggalkan Keimananmu, dan hanya
mengejar kepuasan diri dan kesenangan semata. Orang-orang papa yang
kusayangi, saat bersama isteri dan anak sekembalinya dari ladang merupakan
waktu yang paling mesra bagi keluarga, sebagai lambang kebahagiaan bagi
takdir angkatan yang akan datang. Tapi hidup orang yang senang bermewah-
mewahan dan mengumpul emas, pada hakikatnya seperti hidup cacing di dalam
kuburan. Itu menandakan ketakutan.
Air mata yang kutangiskan, wahai sahabatku yang papa, lebih murni daripada
tawa ria orang yang ingin melupakannya, dan lebih manis daripada ejekan
seorang pencemuh. Air mata ini membersihkan hati dan kuman benci, dan
mengajar manusia ikut merasakan pedihnya hati yang patah.
Benih yang kautaburkan bagi si kaya, dan akan kau tuai nanti, akan kembali
pada sumbernya, sesuai dengan Hukum Alam. Dan dukacita yang kausandang,
akan dikembalikan menjadi sukacita oleh kehendak Syurga. Dan angkatan
mendatang akan mempelajari Dukacita dan Kemelaratan sebagai pelajaran
tentang Kasih Sayang dan Persamaan.
(Dari 'Suara Sang Guru')
Khalil Gibran
Langganan:
Postingan (Atom)